PEMBUATAN
TABLET DENGAN METODE GRANULASI BASAH
A.
TUJUAN
1. Mahasiswa
dapat melakukan proses manufaktur granulasi basah.
2. Mahasiswa
dapat melakukan in process control.
3. Mahasiswa
dapat mengevaluasi mutu tablet.
4.
Mahasiswa dapat mengatasi masalah yang
timbul saat proses manufaktur.
B.
DASAR
TEORI
Parasetamol adalah
derivat asetanilida merupakan metabolit darifenasetin yang dahulu banyak
digunakan sebagai analgeticum,tetapi pada tahun 1978telah ditarik dari
peredaran karena efek sampingnya (nefrotoksisitas dan karsinogen). Khasiat dari
parasetamol yaitu analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang. Dewasa
ini pada umunya dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi
(pengobatan mandiri). Efek analgetisnya diperkuat oleh kodein dan kofein dengan
kira-kira 50%. Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal
lebih lambat. Antara kadar plasma dan
efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati zat ini diuraikan menjadi
metabolit-metabolit toksis yang diekresi dengan kemih sebagai konjugat-glukunorida
dan sulfat (Tjay & Kirana, 2002; hal. 318).
Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) mengeluarkan aturan keamanan yang disepakati di beberapa negara termasuk
Indonesia, aturan tersebut terdapat dalam GMP (Good Manufacturing Practice). Syarat-syarat penting dari Aturan-GMP
(Good Manufacturing Practice) antara
lain adalah :
1. Kecermatan
yang tinggi pada seluruh langkah produksi, yang dijamin melalui personal terdidik
baik, berkualitas dan memiliki kesadaran akan tanggung jawab.
2. Ketersediaan
bangunan yang cocok, yang memungkinkan pembuatan secara terpisah, seperti
peracikan, pengemasan, pengetiketan dan pengujian obat.
3. Penceghan
kontaminasi melalui pemisahan ruangan terhadap proses pembuatan dan pengemasan,
serta identitas kandungan yang jelas dari seluruh wadah dan mesin yang
digunakan dalam tahap pembuatan yang berlainan.
4. Pencegahan
pengotoran melalui kerja higienis produksi yang sempurna, yang dijamin melalui
pembersihan ruangan kerja dan alat kerja dan melalui kontrol kesehatan personal
secara teratur. Upaya higienis produksi khususnya ditujukan untuk memenuhi
syarat kemurnian mikrobiologi pada sediaan obat, yang tidak dapat disterilkan.
Peracikan obat yang sangat aktif harus dilakukan dalam daerah terpisah, yang
memiliki sistem penghisapan udara yang memadai, untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang (cross-contamination).
5. Jaminan
kualitas tinggi bagi seluruh materi awal untuk pembuatan sediaan obat.
6. Transparansi
dokumentasi seluruh proses pembuatan dan kontrol yang membuat keseluruhan
proses dapat dilihat sampai bagian terkecilnya dan dapat diawasi. Anjuran
selanjutnya adalah tentang pengetiketan dan pengemasan, sistem kontrol
kualitas, pengolahan dan dokumentasi kesulitan, laporan tentang efek sampingan
yang tidak diinginkan.
7. Informasi
dari aturan-GMP adalah : kualitas harus dihasilkan. Kontrol dapat berlaku
sebagai alat bantu menjamin produksi preparat obat yang sesuai dengan GMP. Disamping
kontrol terhadap seluruh material awal, produk akhir dan material pengemas juga
dilakukan in-proces-control, artinya
seluruh parameter penting selama proses pembuatan, dikontrol secara tertib.
Dengan demikian seluruh langkah produksi dirumuskan, yang secara kritis dapat
mempengaruhi kualitas produk akhir. In-proces-control
berlaku sebagai pengendali proses yang berjalan dan meningkatkan keamanan
kualitas. Dengan dimungkinkan misalnya pengawasan yang kontinyu terhadap berat
tablet, waktu hancur, homogenitas campuran, volume pengisian ampul dan
sebagainya, sehingga jika terjadi penyimpangan segera dapat dilakukan koreksi.
8. Dari
segi kemurnian mikrobiologi, sediaan obat dapat dikelompokan kedalam dua grup :
Grup 1 : produk steril (produk ini harus memenuhi
persyaratan tuntutan sterilitas dari farmakope)
Grup 2 : produk dengan jumlah bakteri terbatas
(produk ini tidak harus memenuhi syarat sterilitas, akan tetapi memenuhi syarat
kemurnian tertentu secara mikrobiologis)
(Voigt, 1995; hal 103).
Tablet adalah sediaan
padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau
sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung. Mengandung satu jenis obat atau
lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat
berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat
pembasah atau zat lain yang cocok (Depkes RI, 1979; hal. 6).
Tablet adalah bentuk
sediaan yang paling banyak beredar karena secara fisik stabil, mudah dibuat, lebih
menjamin kestabilan bahan aktif dibandingkan bentuk cair, mudah dikemas,
praktis, mudah digunakan, homogen, dan reprodusibel. Massa tablet harus
mengalir dengan lancar agar dapat menjamin homogenitas dan reprodusibilitas
sediaan dan harus dapat terkompresi dengan baik agar diperoleh tablet yang
kuat, kompak, dan stabil selama penyimpanan dan distribusi. Metode granulasi
banyak dipilih dengan tujuan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas massa
tablet (Ilma, 2002).
Granulasi adalah
pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan tertentu. Granul
dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul terbagi, kapsul,
maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan, dari metode konvensional
seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat musilago amili hingga
pembentukan granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze dry (Ilma, 2002).
Keuntungan
tablet, yaitu :
1.
Tablet dipasaran mudah diberikan dalam
dosis yang tepat jika diinginkan dosis dapat dibagi rata dan akan memberikan
efek yang akurat.
2. Tablet
tidak mengandung alkohol.
3. Tablet
dapat dibuat dalam berbagai dosis.
4. Sifat
alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat
dibawa kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel dan mudah pemberiannya.
5. Secara
umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih disukai karena bersih,
praktis dan efisien.
6.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang
utuh dan menawarkan kemampuan yang terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk
ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling lemah.
7. Tablet
merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
8. Tablet
paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan,
terutama bila tersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera
terjadi.
9. Tablet
bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan diusus
atau produk lepas lambat.
10. Tablet
merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara
besar-besaran.
11. Tablet
oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan segelas
air.
12. Untuk
anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan tablet, maka
tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah dengan air lebih
dahulu untuk pengolahannya.
13. Dapat
dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut dan rasa
yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut.
14. Konsentrasi
yang bervariasi.
Kerugian tablet, yaitu :
1.
Orang
yang sukar menelan atau meminum obat.
2.
Keinginan
konsumen beda dengan yang kita buat/produk.
3.
Beberapa
obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak.
4.
Tablet
dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk menjaga
kesalahan karena menurut mereka tablet tersebut adalah permen.
5.
Warnanya
cenderung memberikan bahaya.
(Dinda,
2008).
C.
TUGAS
PRAKTIKUM
Buatlah tablet Paresetamol dengan metode
granulasi basah
Kandungan Parasetamol
per tablet : 500 mg
Bobot tablet : 750 mg
Jumlah tablet yang akan
dibuat : 40 tablet
FORMULA 1
|
(pengikat
mucilago amilum 10%)
Fase dalam (92%)
Parasetamol 500 mg
Amprotab
(10%) 75 mg
Mucilago
amilum (10%) 230 mg
Laktosa 92
mg
Fase Luar (8%)
Mg
Stearat (1%) 7,5
mg
Talk
(2%) 15
mg
Amprotab
(5%) 73,5 mg
|
D.
PEMBUATAN
TABLET
1.
Preformulasi
Ø Parasetamol
a. Sifat
fisika bahan aktif:







(Depkes RI, 1979)
b.
Sifat kimia bahan aktif:




c.
Sifat fisikomekanika bahan aktif:


d.
Farmakologi:

Anak-anak 3 bulan – 1 tahun : 60-120 mg
1-6
tahun : 120-250 mg
6-12 tahun : 250-500 mg
Tiap 4-6 jam

Ø Amprotab
(nama dagang)
a. Sifat
fisika bahan tambahan:







(Depkes RI, 1979)
b.
Sifat kimia bahan tambahan:




c.
Sifat fisikomekanika bahan tambahan:


d.
Farmakologi:


Ø Laktosa
a. Sifat
fisika bahan tambahan:







(Depkes RI, 1979)
b.
Sifat kimia bahan tambahan:




c.
Sifat fisikomekanika bahan tambahan:


d.
Farmakologi:


Ø Magnesium
Stearat
a. Sifat
fisika bahan tambahan:







b.
Sifat kimia bahan tambahan:




c.
Sifat fisikomekanika bahan tambahan:


d.
Farmakologi:

No comments:
Post a Comment