Pages

Sunday, January 22, 2012

fartok : Pengaruh Cara Pemberian Terhadap Absorpsi Obat


PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORPSI OBAT

I.       PENDAHULUAN
      1.1 Tujuan Percobaan
       Tujuan percobaan pada praktikum ini adalah untuk mengenal, mempraktekkan dan membandingkan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.
1.2  Dasar Teori
Absorpsi dari obat merupakan faktor yang sangat penting dalam memilih cara pemberian obat yang tepat, dalam merancang bentuk sediaan yang paling manjur dan karena itu juga dalam kerja terapi obat. Pada umumnya absorbsi dan disribusi obat terjadi secara difusi, mula-mula obat harus berada dalam larutan air yang berada pada permukaan membran sel, kemudian molekul obat akan melewati membran dengan melarut dalam lemak membran. Absorpsi dari obat merupakan faktor yang sangat penting dalam memilih cara pemberian obat yang tepat, dalam merancang bentuk sediaan yang paling manjur dan karena itu juga dalam kerja terapi obat. Pada umumnya absorbsi dan disribusi obat terjadi secara difusi, mula-mula obat harus berada dalam larutan air yang berada pada permukaan membran sel, kemudian molekul obat akan melewati membran dengan melarut dalam lemak membran (Ganiswara, 2005).
       Kecepatan resorpsi terutama tergantung pada bentuk pemberian obat, cara pemberian obat, cara pemberiannya dan sifat fisiko-kimiawinya. Resorpsi dari usus ke dalam sirkulasi berlangsung cepat bila obat diberikan dalam bentuk terlarut (obat cairan, sirop, atau tetes).Obat padat (tablet, kapsul, atau serbuk) lebih lambat, karena harus dipecah lebih dahulu dan zat aktifnya perlu dilarutkan dalam cairan lambung-usus.Di sini kecepatan larut partikel obat (dissolution rate) berperan penting; semakin halus semakin cepat larutnya dan resorpsi obat (Tjay & Rahardja, 2007).
Obat sebelum tiba pada tempat aksi atau jaringan sasaran, obat akan banyak mengalami proses. Secara garis besar proses-proses ini dapat dibagi menjadi tiga tingkat atau fase, yaitu :
1.    Fase biofarmasetik atau farmasetik
2.    Fase farmakokinetik
3.    Fase farmakodinamika
Obat harus mencapai tempat aksinya dalam kadar yang cukup agar dapat menimbulkan respon untuk menghasilkan efek terapinya. Tercapainya kadar obat tersebut tergantung dari jumlah obat yang diberikan, keadaan dan kecepatan obat diabsorpsi dari tempat pemberian dan distribusi oleh aliran darah ke bagian lain dari badan (Anief, 2005).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja obat adalah absorpsi pada obat itu sendiri.Ada beberapa mekanisme yang berkaitan dengan obat, salah satunya pada tahap farmakokinetik (penyerapan, distribusi, metabolisme), farmakodinamik (aditip atau efek berlawanan), dan pada interaksi.Contohnya antasida,obat ini di absorpsi dalam gastrointestinal.Antasida tersebut mempercepat pengosongan lambung, dengan begitu tranformasi obat ke dalam usus berlangsung dengan cepat.Beberapa antasida (misalnya, hidroksida magnesium dengan aluminum hidroksida) membuat alkalin air seni, dengan begitu mengubah sisa obat yang tidak terpakai lagi ke pH yang sesuai dan selanjutnya di buang melalui air kencing (Katzung, 2001).
      Mekanisme absorpsi obat menurut urutan pentingnya adalah sebagai berikut:
1.      Difusi pasif
Ialah transport melalui membran yang semipermeabel. Obat yang akan diabsorpsi terlebih dahulu harus berada dalam larutan murni (terdispersi secara molekuler) pada situs penyerapan. Sewaktu melewati membran, molekul obat melarut dalam bagian lipoid dari membran sesuai dengan kelarutannya dalam lemak dan koefisien partisi lemak-air.Molekul obat meninggalkan membran lipoid dan melarut lagi dalam medium air yang berada di bagian dalam membran; perbedaan konsentrasi obat pada kedua bagian membran menentukan penyerapan. Fraksi obat yang berada dalam bentuk bebas atau tidak terionisasi dapat melalui membran dengan cara difusi pasif. Sifat fisiko-kimia kebanyakan obat (antara lain polaritas, besarnya molekul) merupakan hambatan untuk lintas transdermal pada mekanisme difusi pasif.
2.      Transpor konvektif
Disebut juga filtrasi, menyangkut mekanisme pasif karena transport berupa lintasan melalui pori-pori dari membran. Molekul obat yang larut dalam dalam cairan/medium air pada situs absorpsi akan ikut pelarutnya melalui pori-pori.
3.      Transpor aktif
Untuk transport aktif, molekul obat harus berada/berupa larutan dalam air i.c. cairan gastrointestinal, terdispersi secara molekuler pada situs absorpsi. Transport aktif terjadi dengan bantuan suatu pembawa yang merupakan bagian dari membran. Bahan pembawa ini adalah suatu enzim atau bahan protein yang membentuk suatu kompleks dengan molekul obat pada permukaan membrane sehingga pembawa tiap obat jadi spesifik. Mengalami inhibisi kompetitif dan ikatan akan jenuh jika semua molekul pembawa sudah terpakai sedangkan molekul obat belum terbawa. Melawan potensial elektrokimia
4.      Transpor yang dipermudah
Prinsip dan mekanisme transport yang dipermudah sama dengan transport aktif. Perbedaannya terletak pada tidak terjadinya perlawanan konsentrasi yang tinggi.
5.      Transpor pasangan ion
Pembentukan kompleks dari anion organik dengan kation dari medium/membran
6.      Pinositosis
Merupakan suatu proses yang memungkinkan molekul obat yang besar melalui membran. Pinositosis terjadi di lumen saluran cerna, melalui epitel intestinal masuk ke kapiler vena atau getah bening. Butir minyak/lemak atau partikel solid diselaputi dengan proses yang terbentuk dari sel epitel dan membentuk gelembung melalui membran. Cara pinositosis ini penting untuk obat-obat yang larut dalam minyak, seperti vitamin A, D, E dan K. pinositosis lebih penting untuk penyerapan bahan gizi, seperti asam lemak, lemak dan asam amino.
(Joenoes, 2006).
Hubungan antara asupan obat dan respon klinis yang sangat komples, berpotensi terkena sejumlah variabel intrinsik dan ekstrinsik. Dengan demikian, deviasi antara respon obat dalam atau di antara individu mungkin berasal baik bioavailibilitas produk untuk (yaitu, tingkat dan luasnya penyerapan obat), farmakokinetik obat (yang mencakup metabolism, distribusi, dan penghapusan suatu seyawa), atau efek tertentu konsentrasi hubungan. Dengan kata lain hal itu adalah konsentrasi bagian obat, bersma dengn efnek yang sesuai, yang pada akhirny akan menentukan produk keamanan dan efektivitas (Martinez, 2002).

II.      CARA PERCOBAAN
2.1  Alat dan Bahan
2.1.1  Alat
Alat – alat yang digunakan pada percobaan kali ini antara lain adalah
1.      Beaker glass 50 mL
2.      Batang pengaduk
3.      Hot plate
4.      Jarum berujung tumpul (untuk per oral)
5.      Kapas
6.      Labu takar 10 mL
7.      Mortir
8.      Sarung tangan
9.      Spuit injeksi
10.  Spuit injeksi dan jarum (1 – 2 mL)
11.  Stamper
12.  Stopwatch
2.1.2  Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini :
1.      Aquades
2.      Diazepam 5 mg 
3.      Na CMC
2.1.3 Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan pada percobaan kali ini adalah mencit dengan jenis kelamin jantan atau betina.

2.2  Cara Kerja
   2.2.1 Pembuatan Larutan Na-CMC
0,25 g Na-CMC
                                   -Ditimbang
                                  -Dilarutkan dalam 50 mg air panas
Hasil
   
2.2.2 Pembuatan Larutan Stok untuk pemberian secara subcutan dan Intra peritonial
0,02 g Valisanbe 
- Ditimbang
- Dimasukkan ke dalam labu ukur
Larutan Na-CMC 
- Dimasukkan dalama labu ukur ad 10 mL
- Dikocok ad homogen dan larut
Hasil

 
2.2.3 Pemberian obat secara subcutan
Mencit          

3 comments:

  1. kita juga punya nih artikel mengenai absorpsi, silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_11205270.pdf
    trimakasih :)

    ReplyDelete
  2. dapusnya tolong dunkss~~
    thanks b4

    ReplyDelete